Thursday, September 11, 2008

sebuah keikhlasan

Dikisahkan ada seorang sufi besar bermimpi bertemu nabi. Beliau menyuruhnya untuk mendatangi seseorang dikampungnya, dan mengabarinya bahwa dirinya adalah karibnya di surga kelak. Orang saleh itu lantas terbangun dari tidurnya. Pagi harinya ia pergi kedesanya untuk memberi kabar gembira kepada orang tersebut

Setelah menemukan orang yang dimaksud, ia mengetuk pintu dan berkata ; “ Sebelumnya aku minta maaf kepadamu karena aku belum kenal engkau dan kau juga belum kenal aku. Akan tetapi kedatanganku ke sini atas utusan nabi Muhammad S.A.W.

Orang itu lantas menangis dan berharap semoga kabar baik yang ia terima. Orang alim itu lantas berkata; “ Aku bermimpi ketemu Rosulullah semalam, dan menyuruhku datang ketempatmu ini, untuk mengabarkan kepadamu bahwa, kata Rosulullah, engkau adalah karib beliau di surga kelak.”

Orang desa itu tak kuat menahan histeria hatinya yang dia pendam selama ini, tetesan air matanya tanpak mempunyai beribu makna. Meski demikian ia sangat bersyukur atas kabar gembira yang ia terima dari orang soleh itu.
Orang soleh itu mendekati orang dusun itu dan berkata: “ Aku ingin bertanya kepadamu, dan aku mohon janganlah engkau tidak menjawabya “
Orang desa itu berujar; “ bertanyalah sesukamu ? “

“wahai sahabatku, apakah gerangan yang membuatmu memperoleh derajat dan kehormatan yang sedemikian mulia disisi Allah dan RasulNya ? ujar sang saleh.
Orang desa itu diam sesaat seraya menerawangkan matanya ke angkasa dan jiwanya mengembara ke rahasia dan pengalaman yang dialaminya puluhan tahun yang lampau. Kemudian ia menjawab; “ kejadian itu sudah berlangsunglima puluh tahun yang lalu. Kala itu keluargaku utamanya ayahku, menikahkan aku dengan seorang perempuan dari keluarga terhormat.”
Ketika malam pertama pernikahanku kudapati perempuan itu sudah hamil. Ia berkata kepadaku; “ Pernikahan ini hanya kedok untuk menutupi aibku dan keluargaku, kalau kau kecewa tamparlah aku, dan pergilah untuk mencari wanita lain.”

Kukatakan kepada perempuan itu, bahwa aku tidak mempermasalahkan kehamilanya aku menerima sebagai takdir Allah yang terbaik buat diriku.

Kujalani hidupku dengannya, kujalankan kewajibanku sebagai seorang suami, kuhormati dia, kulindungi dia, kuayomi dia hingga kelahiran anaknya.

Tanpa sepengetahuan ibunya, jabang bayi itu lantas saya bawa ke masjid dan saya letakkan di depan pintu masjid. Sesuai berjamaah orang-orang menemukan bayi itu, Salah seorang diantara mereka berkata “ Siapa yang bersedia mengasuh bayi ini ? “ dengan sigap saya bilang, bahwa saya siap mengasuh bayi ini. Atas izin mereka, lantas bayi itu saya bawa pulang tanpa terlihat seorang pun.

Orang Saleh itu lantas berkata “ Dengan ketulusanmu meminta izin orang sekitarmu, memamafkan istrimu, terlebih ketulusanmu menikahinya karena kepatuhanmu kepada orang tuamu, itukah yang membuatmu mendapat tempat terhormat disisi Allah Swt dan Rasul-Nya ? Doakan aku, wahai orang tua, agar aku bisa menjadi temanmu di surga.

“ Ya Tuhan, jadikanlah orang ini karibku di surga” demikian orang dusun itu berdoa dengan polos.

Dan orang dusun itu pun meminta kepada sisaleh, agar kalau bertemu Rasul ia menyampaikan salam kepada beliau.

“ Bukankah kau yang lebih utama, wahai Kawan ? “ ucap orang saleh itu.
“ Tidak saudaraku. Kaulah yang lebih alim “ kata orang dusun itu.

Demikianlah, Seseorang yang sudah sampai puncak tangga ruhani, selalu merendah dan berusaha meyembunyikan kelebihannya

************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* ****

“ BARANG SIAPA BISA MENJAGA RAHASIA, IA LAKSANA BAYI YANG BARU DILAHIRKAN BARANG SIAPA DI DUNIA INI SANTUN MERINGANKAN BEBAN KESUSAHAN ORANG, ALLAH AKAN MERINGANKAN BEBANNYA KELAK DI HARI AKHIRAT


KITA SERING KECEWA MANAKALA KEINGINAN (KESENANGAN DIRI / EGO) TIDAK TERPENUHI PADAHAL SEMUA KEJADIAN ALLAH YANG MENGATURNYA ...SEOLAH - OLAH KITA PROTES KEPADA ALLAH KENAPA KEINGINAN KITA TIDAK TERKABUL...? ?..TETAPI KITA TIDAK PERNAH BERPIKIR UNTUK

No comments: