Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Philadelpia, 2004
Pikiran kita adalah pikiran yang diciptakan. Dengan
pikiran yang terbatas, kalian tidak akan mampu
memahami apa yang tidak terbatas. Pikiran hanya
terbatas pada pengetahuan yang dimilikinya. Kalian
tidak akan mampu memahami Tuhan dengan pikiran itu.
Pikiran tidak mungkin memahami Yang menciptakannya.
Sesuatu yang diciptakan tidak akan mampu memahami
Penciptanya. Namun hati mampu.
Wa quli-r-ruhu min amri Rabbik. Firman Allah dalam
Qur’an : “Ya Nabi, katakan pada umatmu bahwa ruh dan
jiwa berasal dari-Ku.” Karena itulah, kita mampu
memahaminya. Pikiran dan tubuh berasal dari bumi
sedang ruh berasal dari Allah. Wa nafakhtu fihi min
ruhi “ Telah Aku tiupkan Ruhku pada Adam.” Itulah
mengapa Tuhan memerintahkan iblis untuk bersujud,
bukan bagi tubuh Adam, namun bagi ruhnya, karena ruh
itu berasal dari Allah.
Jadi, dengan memusatkan diri melalui roh. kita bisa
memahami kearifan dan pengetahuan yang tersembunyi.
Apakah penghalang antara kita dalam menggunakan roh?
yaitu ego kita. Saya menghadapi masalah di Amerika
ini, mereka selalu mengatakan, “ Kami telah diajari
untuk bangga pada diri sendiri sejak kami kecil. Untuk
meninggikan ego kami.”
Saya katakan bahwa itu adalah senjata setan yang
paling merusak untuk menyerang kalian. Hal itu
dibenarkan bila kalian bangga karena melakukan sesuatu
yang baik. Namun ego-pun akan mengecoh kalian dengan
senjata itu – kesombongan – agar kalian jauh dari
spiritualitas.
Seperti menatap sebuah cermin. Pecahkan cermin itu
dalam hati kalian dan jangan pernah lagi memandang
diri sendiri pada cermin itu. Yang nyata bukanlah
gambaran yang ada di cermin, tapi yang diluar cermin.
Tanpa ego, kalian akan mencapai kenyataan hakiki.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.
No comments:
Post a Comment