25 tahun silam, aku adalah gadis periang, cerdas, mudah bergaul, mandiri dan cukup cute untuk seorang gadis. Kawan kawan menyebutku Lican, Karena namaku adalah Lily, dan Can karena aku memang cantik. Maka ditetapkan lah aku dipanggil Lican. Di balik nama Lican ini, sebenar Lily adalah gadis yang pemurung atau melankolis sebutan gaulnya. Dan yang tak kalah penting Lily ini tidak pernah berorganisasi waktu jaman sekolahnya, lokasi favoritnya ketika dikampus yaitu kelas, kantin, perpus, mushola.. no hang out, no nongkrong di mall, no kongkow kongkow di cafĂ© pokoknya pas pulang sekolah langsung naik angkot langsung ke rumah. Walau rutinitasnya bikin bĂȘte untuk sebagian orang, Lily tetap di sukai kawan- kawanya. Dan merelakan berkarir di rumah saat dinikahi Nasyal.
Sedangkan Nasyal, lelaki berkulit pituh bersih itu cukup punya banyak penggemar rahasia di kampus, terbukti di fesbuknya, mantan pengeceng pengeceng hadir memberikan salam manis dan berbicara mengenai cinta monyetnya waktu dikampus. Ditambah kepiawainya beroganisasi, Nasyal juga berotak encer, dan semakin terkenal ketika Nasyal menjadi ketua senat pada zamanya. Pokoknya seleb kampus dah. Dan sekarang di panggil mas oleh Lican istrinya.
Saat menikahi Lican, Nasyal sudah dalam keadaan mapan , jadi Lican tidak perlu nyuci baju pake tangan, tingal pencet, nyuci sendiri deh.
Mungkin sesuai rumus, kalo jodoh takan kemana. Lican dan Nasyal menikah deh.
Neng!! Panggilan Nasyal buat istrinya, Lican
Hari ini kamu masak apa? Pertanyaan yang bisa di lontarkan Nasayal pada Lican melalui sms sesaat bila akan sampai di rumah.
Dengan sigap Lican membalas sms Nasyal. Kegiatan menyenangkan untuk bulan bulan pertama pernikahan mereka.
Kenapa cemberut? Kata Nasyal.
Wah kok bisa yah dia tahu ,kalo aku lagi sedih. Lichan bingung. Dasar wajah ini gak bisa di ajak kompromi “ kata Lican dalm hati.
Kok gak jawab sih? Nasyal terus mendesak.
Gapapa mas,aku pura pura gembira. Lican mencoba menutupi perasaannya dan tersenyum manis pada suaminya.
Gimana gak sedih, 2 bulan pernikahan Lican tak pernah bisa memberi uang jajan pada mamanya. Saat belum nikah Lican fikir hal ini tak akan membuatnya sedih, tapi ternyata sekarang Lican sedih tiada tara. Lebih sedih lagi, saat lican melihat, print nan transfer uang buat mamanya Nasyal. “sebenarnya aku suka suamiku berbakti pada orangtuanya, tapi kenapa ia tidak teringat bila akupun sama, punya ayah ibu dan aku punya keinginan berbagi” Lican berdialog sendiri dalam hatinya.
bener ya gapapa” kata Nasyal
Iya mas, ucap Lican lirih.
Lican mengisi waktu malam nya menonton tv sambil menunggu kantuk. Lican merasa senang bila bisa selalu bersama dengan orang yang dikasihi, apalagi dengan gaya khas Nasyal yang selalu bersikap lembuat dan sering mengecup pipi Lican, membuat Lican lupa kesedihannya tadi siang.
Kehangatan dan kelembutan yang diberikan Nasyal pada Lican tak membuat Lican melupakan masalah yang satu tadi. Lican selalu tampak murung bila keinginan memberi kuat terasa dalam hatinya. Dan melelehlah air mata itu. Air mata yang selalu membuat Nasyal bertanya tanya tentang keadaan istrinya.
Dipagi yang indah, Lican sudah siap dengan semangkuk oakeroat untuk suaminya juga tak terlewatkan nonton acara curhat ibu ibu di salah satu TV swasta.
Kok serius amat neng? Kata Nasyal.
Iya lah mas? Aku lagi sebel sama nara sumbernya , kata Lican penuh emosi.
Lha emang kenapa? Kata Nasyal penuh penasaran.
Menurut sang usatdzah seorang laki laki wajib memberi nafkah lahir dan gak perlu semua gajinya di sertahkan pada istrinya, aku setuju mas . Kata Lican penuh semangat menjelaskan pada suaminya.
Lalu dimana letak sebelnya sayang? Dengan lembut Nasyal kembali bertanya.
Disitu jelas, ada kewajiban untuk suami berbaktim kepada orang tuannya dan akan berdosa bila seorang istri menghalangi suami berbakti pada kedua orang tuanya, aku juga setuju mas. Kata Lican dengan tegas.
Tapi aku gak suka,ketika suami berbagi dengan orang tuanya, dalam hal ini uang tanpa sepengetahuan istrinya tidak berdosa,ustadazh tak menjelaskan bagaimana jika si istri pun ingin berbagi dengan orang tuanya???
Pernah kah mas bayangkan?? Rasanya maaaaaaaluuuuu sekali untuk menengadahkan uang hanya untuk memberi pada orang tuaku?? Kata kata lican meluncur cepat penuh emosi pada Nashal.
Kalo begitu tidak adil dong mas, enak sekali dia jadi laki laki yang berpenghasilan sehingga dengan ringan hati dan mudah untuk berbagai dengan keluarganya. Pokoknya aku sebeeeeeeeeeell……ucap Lican sambil menangis.
Tak hanya sampai di situ, lican kembali mengemukakan pendapatnya, seharusnya para suami itu mengerti, istri juga punya orang tua yang harus di sayangi, kenapa kalian lupa wahai para suami?? Aku, istrimu juga punya orang tua?? Aku istrimu juga ingin berbagi?? Tahukah??? Betapa sulit dan berat hati untuk meminta?? Kata kata penuh emosi terus keluar tak terkendali dari mulut Lican dan dengan sabar Nasyal mendengarkan nya.
Jika begini, kasian sekali para orang tua yang memilki anak perempuan. Hingga menutup mata harus berjuang keras demi sesuap nasi karena anak perempuanya menikah dan di bawa oleh suaminya. Aku gak suka semua ini, ini tak adil. Sambil terus menangis, Lican pun terus menumpahkan isi hatinya.
Aku benci semua ini. Kata Lican.
Hmmmmmmm….Nasayal menarik napas panjang.
Begini neng, sebenarnya ini masalah kecil saja, hanya saja neng secara psikologis memang tipe perempuan yang tidak bisa meminta seandainya neng bisa meminta pada mas, tentu hal ini tidak akan membuat mu sangat bersedih. Kata Nasyal menhibur Lican.
Ah..mas, bisa aja bicara begitu, tapi emang dasarnya mas emang melupakan kedua orang tuaku kan?? Jawab Lican penuh rasa kesal.
Ya..tidak begitu neng, mas takut bila mas mendahulu nanti justru akan jadi masalah, bukankah ayah neng juga tipenya bukan orang yang suka di kasih?? Mas sadar betul saat sang penghulu ketok palu dan kita sah menjadi suami istri, rejeki yang diperoleh mas adalah milik kita berdua, ada rejeki neng juga, jadi hak neng tuk meminta yah, kata Nasyal.
Ok deh, mulai sekarang aka nada zatah buat mamah neng yah, udah yah jangan sedih, khan enak kalo gini, kata nasyal menyabumng ucapan sebelumnya.
Kenapa sih mas, selalu saja membuat ku nangis lebih dulu gar mas mengerti?? Kata Lican.
Makanya neng…bisasakan bicara, jangan biasakan nangis he hhe he kata Nasyal. akhirnya mereka tertawa bersama berdua dan tak lupa kecupan sayang hinggap di kening Lican.
Oh yah mas….ngomong ngomong, suami suami yang masih gak bisa adil sama mertua gak dapat sertifikat poligami, gimana mau adali berbagi dengan istri istri dengan mertua aja lupa ha ha ha Canda Lican pada Nasyal suaminya.
Kalo udah gini rasa nya masin sayang deh mas……” kata Lican dengan manja.
***
(RinDu)
No comments:
Post a Comment