Wednesday, November 19, 2008

Air Mata Rasulullah SAW

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang
demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu
wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu
dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak
dikenang. "Ketahuilah, dialah yang
menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah, Fatimah pun menahan
ledakkan tangisnya. Malaikat maut
datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut
sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan
apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang
amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti
ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.

Engkau tidak senang mendengar khabar
ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya
Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh
tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-
urat lehernya menegang. "Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini,
timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. "Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis
shalati, wa maa malakat aimanukum --
peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya
ke bibir Rasulullah yang mulai
kebiruan. "Ummatii, ummatii,
ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia
yang memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya?
> > Allahumma sholli 'ala Muhammad wa
> > baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa
> > cintanya Rasulullah kepada kita.

No comments: