Sejak semester 1 dikampus, Ugi memang sering terlihat konyol, lucu dan sangat cuek. Osi sih biasa saja melihat sosok dia dan kadang2 jengkel dech, apabila matakuliah praktikum dia hanya ngobrol saja. Jengkel dech pokoknya.
Awas lho lama2 kamu bisa jatuh cinta dengan dia, ledek ku. Jatuh Cinta?? Gak Dech, jawab Osi.
Waktu terus berlalu, hingga akhirnya semua perdiksi ku terjawab sudah. Ugi dan Osi benar2 berkomitmen untuk saling serius dan menikah setelah lulus kuliah nanti . Kami waktu itu bersahabat 8 orang. Kami sering melihat mereka rebut gara2 hal kecil.
Misalnya, Osi sering nagmbekan gara2 permintaannya tak di kabulkan ugi, misalnya Osi mina di temenin beli mie ayam tapi Ugi tidak mau. Sunggguh lucu melihat mimic wajah Osi yang seperti anak kecil. Dan masih banyak hal yang menunjukkan ketakdewasaan mereka.
Sampai suatu waktu di usia 25 tahun, mereka memutuskan untuk menikah.Saat itu ugi bekerja 1 tim dengan kita membentuk sebuah CV di kawasan purwakarta di bidang watertreatment. Sunguh diluar dugaan sesaat mereke setelah menikah, Kami memutuskan untuk membubarkan CV tersebut karena berbagai pertimbangan, sehingga Ugi menjadi kepala keluarga yang pengangguran/ tak berpenghasilan.
Kami melihat Ugi sangat sedih karena disaat memulai rumah tangganya dia di himpit kesulitan ekonomi karena dia jobless.
Just for info, Osi ini anak bungsu dr 2 bersaudara dengan kondisi perekonomian yang serba berkecukupan, so sikapnya sangat manja sekali, sedangkan ugi anak ke 3 dari 4 bersaudara dengan kondisi perekonomian yang biasa saja.
Pernah di suatu pagi, saya silmi ke rumahnya (masih tinggal di rumah orang tuanya Osi), seperti biasa dengan siaftnya selalu ceria sebenarnya dia menyembunyikan kegundahan.
Tiba2 di sela percakapan kami, terdengar “roti..sari roti…”, dia tersentak n berakata “ Osi mau roti nich…, ,lalu dengan gaya bicaranya yang manja “…maaah, kalo sudah nikah, Osi boleh minta jajan sama mama tidak? Pinta osi pada mamanya”….sebuah percakapan yang menngelitik sekaligus membuat saya terenyuh.
Lalu tanpa di minta sang mama segera membelikan roti untuk osi tersayangnya. Setelah roti itu ada di hadapan Osi, Osi tidak memakannya
“ tau tidak, semalam Osi melihat ugi menangis usai sholat malam, Osi lihat dia mengadu padaNya, tentang ke khawtirannya mendidik Osi menjadi istri yang shaleheh dan kegundahannya menajdi seorang kepala keluarga”
Dan tadi pagi setelah shalat subuh, dia meminta maaf pada ku ujar Osi, dengan bulir2 bening yang sudah siap meluncur diPipinya dia bercerita. Ugi meminta maaf bila sampai hari ini, ugi belum bisa membahagiakan Osi, Ugi khawatir dengan keterbatasannya tidak bisa mengantarkan osi jadi istri yang sholihah, khawatir tak mampu sabar u/ mengais rejeki dalam jalan yang halal. Dengan mata basah Osi bilang, dan “Osi pun khawatir tak mampu mendampingi aa (panggilan Osi buat Ugi), u/ sama mewuudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah, khawatir tak mampu melstarikan cinta dalam rumah tangga ini.
Osi merasa tenang sekarang , ujarnya padaku. Walau dia tak memberikan harta, materi padaku, dia ajarkan Osi bagaimana mencinta dan cinta itu tak hanya untukku tapi untuk Nya jua.
Tak terasa air matakupun mengalir tanpa diminta, beberapa saat sebelum pernikahan kulihat mereka bergitu seperti anak2.
Tanpa ada yang mengajari , dengan pernikahan dan di tengah kesulitan mereka mampu berfikir bagaimana untuk tetap istiqomah di jalannya dan sabar mengahadapi relalita kehidupan. Subnalloh memang. Sungguh pelajaran yang takkan pernah di dapat disekolah manapun,
Sejak perkenalan mereka, sebelum menikah, Ugi tak selalu bisa meredam ngambeknya osi yang manja atau orang sering bilang kolokan, setelah pernikahan dengan ketulusannya Ugi dan tekadnya u/Mengantarkan Osi memasuki bahtera rumah tangga, sedikit demi sedikit mereka belajar dan memahami arti komitmen yang telah mereka sepekati, yaitu “pernikahan”
Benarkan doa nya seorang istri akan makbul? Ujarnya lagi? “insya alloh, jawabku”, tapi Osi bukan istri shalihah, sambil menangis ia memelukku, hanya tekadku saja yang ingin menjadi istri yang shalihah, Osi ingin mendoakan suamiku”
Sungguh luar biasa, keinginan yang sangat mulia , dengan keterbatasanku mengenai ilmu agama kuakatakan padanya, Alloh tidak akan mengecewakan hambanya yang mendekat padanya. Aku begitu, bersyukur menyaksikan pemandangan ini.
Beluam genap 1 bulan , Osi beritakan bahwa Ugi sudah bekerja, dengan nada biacaranya yang bahagia dan syukur tak terhingga dia kembali bercerita padaku.
“Perjalanan masih panjang, aku harus menata hatiku dan meluruskan niatku serta menjaga keihklasanku dengan pernikahan ini, doa aku ya “ Ujar Osi penuh optimis.
Semuanya memang Alloh yang maha membolak balikan hati, dengan ketulusan, keihlasan Ugi, serta penyadaran dalam hati bahwa Osi , istrinya sebagai bentuk amanah, sedikit2 membuat osi tampil lebih dewasa.
Dari mulutnya osi kini sering meluncur doa2 sebagai wujud kasihnya terhadap suami. Ngomel2, ngambek..ngak dech ucap osi masih dengan gayanya yang manja.
Tapiiiiii….kalau ogi pulang kerja telat, maaf yah…agak kenceng dikit he he, sambil menatap suaminya.
Dia yang begitu kolokan adalah istriku, I love you Osi….sambut sang suami kepada Osi sambil lembut tersenyum simpul. I love you too just the way you areJ jawab osi.
Nampak begituu… bahagia.
Dedicated to mama nashwa, anak dr Osi dan Ugi, semoga alloh membimbing kalian menjadi guru buat anak2 kalian n selamat melestarikan cintaJ, n thanks for beautiful ukhuwah nya.
No comments:
Post a Comment